PENGARUH INTENSITAS CAHAYA
MATAHARI TERHADAP PERTUMBUHAN
TANAMAN CABAI RAWIT
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Biologi
DISUSUN
O
L
E
H
ANDREAN
XII IPA 1
Tp:2014/2015
SMA NEGERI 1 WAWAY KARYA
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG……………………………………………..……………...3
B.
RUMUSAN
MASALAH………………………………………………………… 4
C.
TUJUAN
PENELITIAN………………………………………………………. 4
D.
PENTINGNYA
PENELITIAN ……………….………………………………4
E.
HIPOTESIS……………………………………………………………4
F.
VARIABEL………………………………………………………………….4
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
A.
KLASIFIKASI
TANAMAN CABAI RAWIT …………………….………………5
B.
MORFOLOGI…………………………………………………………………….5
C. ANATOMI
TANAMAN CABE CABAI RAWIT…………………………………..7
BAB
III METODELOGI PENELITIAN
A.
RANCANGAN PENELITIAN……………………………………...……8
B.
POPULASI DAN SAMPEL………………………………………………….8
C.
ALAT DAN BAHAN…………………………………………………………8
D.
PROSEDUR
PENELITIAN…………………………………………………..9
E.
TABEL PENGAMATAN………………………………………………….….9
F.
AGENDA
PENELITIAN …………………………………………………10
G.
ANALISIS DATA
PENELITIAN………………………………………11
BAB IV PENUTUP
A.
KESIMPULAN……………………………………………………….13
B.
SARAN …………………………………………………..………13
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………… ………14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Cahaya
matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh makhluk hidup di
dunia. Bagi manusia dan hewan cahaya matahari adalah penerang dunia ini. Selain
itu , bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil cahaya matahari sangat
menentukan proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada tumbuhan
untuk menghasilkan makanan. Makanan yang dihasilkan akan menentukan
ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Kekurangan
cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan , meskipun
kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain itu , kekurangan cahaya
saat perkecambahan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi dimana batang
kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya berukuran kecil, tipis
dan bewarna pucat (tidak hijau). Semua ini terjadi dikarenakan tidak adanya
cahaya sehingga dapat memaksimalkan fungsi auksin untuk pemanjangan sel-sel
tumbuhan. Sebaliknya , tumbuhan yang tumbuh di tempat terang menyebabkan
tumbuhan tumbuhan tumbuh lebih lambat dengan kondisi relative pendek , daun
berkembang baik lebih lebar, lebih hijau , tampak lebih segar dan batang
kecambah lebih kokoh. Pada intinya cahaya sangat penting dan sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan yang optimal pada satu tumbuhan.
Cabai (Capsicum annum L) merupakan salah satu
komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia, Karena
buahnya selain dijadikan sayuran atau bumbu masak juga mempunyai kapasitas
menaikkan pendapatan petani, sebagai bahan baku industri, memiliki peluang
eksport, membuka kesempatan kerja serta sebagai sumber vitamin C. dan memiliki
beberapa manfaat kesehatan yang salah satunya adalah zat capsaicin yang
berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker. Selain itu kandungan vitamin C
yang cukup tinggi pada cabai dapat memenuhi kebutuhan harian setiap orang,
namun harus di konsumsi secukupnya untuk menghindari nyeri lambung. Luas
tanaman dan produksi cabe di Irian Jaya pada tahun 1998 adalah 4.104 ha dengan
produksi 8.565 ton/ ha (Anonim, 2009a).
Kebutuhan
akan cabai akan terus meningkat setiap tahun seiring dengan meningkatnya
pertumbuhan jumlah penduduk dan berkembangnya industri makanan olahan. Meskipun
kebutuhan cabai meningkat, produksi cabai di Indonesia masih tergolong rendah.
Karena faktor cuaca dan serangan hama. Luas panen cabai besar di 33 provinsi
wilayah Indonesia adalah 113.079 ha dengan produksi dan rata-rata hasil per ha
6,51 ton (Statistik Produksi Hortikultura Tahun 2006). (Winda.2008)
B. RUMUSAN
MASALAH
1.
Adakah
pengaruh cahaya terhadap kecepatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai
rawit?
2.
Apa
ada faktor faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai rawit.
C. TUJUAN PENELITIAN
1.
Mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai
rawit.
2.
ingin mengetahui pengaruh cahaya terhadap
kecepatan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman cabai rawit.
D. PENTINGNYA PENELITIAN
1.
Penelitian ini
dapat dijadikan dasar untuk pengembangan penelitian selanjutnya mengenai
masalah budidaya tanaman cabai rawit.
2.
memberi
informasi tentang tingkat pengeringan yang paling efektif terhadap daya
kecambah benih.
E. HIPOTESIS
Ho : Tidak ada pengaruh
cahaya terhadap kecepatan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman cabai rawit
H1 : Adakah
pengaruh cahaya terhadap kecepatan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman
cabai rawit
F. VARIABEL
1. Variabel bebas : Pemberian cahaya pada
tumbuhan
2. Varibel terikat : Pertumbuhan cabai rawit
3. Variabel kontrol : Volume air untuk
menyiram, sinar matahari langsung, tempat penanaman, waktu penanaman, jumlah
tanah.
BAB II
KAJIAN PUSAKA
A. KLASIFIKASI
TANAMAN CABAI RAWIT
Menurut Pickersgill (1989) terdapat lima spesies
cabai, yaitu Capsicum
annuum, Capsicum frutescens, Capsicum chinense,
Capsicum bacctum, dan
Capsicum pubescens. Di antara kelima spesies
tersebut yang memiliki potensi
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi
:
Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Subkelas :Metachlamidae
Ordo : Tubiflorae
Famil : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies :
Capsicum annuum L.
B. MORFOLOGI
Morfologi tanaman cabai rawit
secara umum menurut Pickersgill (1989) terdiri atas daun, batang, bunga, Akar
,buah dan biji..
A. Daun
Daun
tanaman cabai bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Ada daun yang
berbentuk oval, lonjong, bahkan ada yang Ian- set. Warna permukaan daun bagian
atas biasanya hijau muda, hijau ,hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Sedangkan
permukaan daun padabagian bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat atau
hijau. Permukaan daun cabai ada yang halus ada pula yang berkerut-kerut. Ukuran
panjang daun cabai antara 3 — 11 cm, dengan lebar antara 1 — 5 cm.
B. Batang
Tanaman
cabai merupakan tanaman perdu dengan batang tidak berkayu. Biasanya, batang
akan tumbuh sampai ketinggian tertentu, kemudian membentuk banyak percabangan.
Untuk jenis-jenis cabai rawit, panjang batang biasanya tidak melebihi 100 cm.
Namun untuk jenis cabai besar, panjang batang (ketinggian) dapat mencapai 2
meter
Bahkan
lebih. Batang tanaman cabai berwarna hijau, hijau tua, atau hijau muda. Pada
batang-batang yang telah tua (biasanya batang paling bawah), akan muncul wama
coklat seperti kayu. Ini merupakan kayu semu, yang diperoleh dari pengerasan
jaringan parenkim.
C. Akar
Tanaman
cabai memiliki perakaran yang cukup rumit dan hanya terdiri dari akar serabut
saja. Biasanya di akar terdapat bintil-bintil yang merupakan hasil simbiosis
dengan beberapa mikroorganisme. Meskipun tidak memiliki akar tunggang, namun
ada beberapa akar tumbuh ke arah bawah yang berfungsi sebagai akar tunggang
semu.
D. Bunga
Bunga
tanaman cabai juga bervariasi, namun memiliki bentuk yang sama, yaitu berbentuk
bintang. Ini menunjukkan tanaman cabai termasuk dalam sub kelas Ateridae
(berbunga bintang). Bunga biasanya tumbuh pada ketiak daun, dalam keadaan
tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan biasanya terdapat 2 —
3 bunga saja. Mahkota bunga tanaman cabai warnanya bermacam-macam, ada yang
putih, putih kehijauan, dan ungu.Diameter bunga antara 5 — 20 mm.Bunga tanaman
cabai merupakan bunga sempuma, artinya dalam satu tanaman terdapat bunga jantan
dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan bunga betina dalam waktu yang sama
(atau hampir sama), sehingga tanaman dapat melakukan penyerbukan sendiri. Namun
untuk mendapatkan hasil buah yang lebih baik, penyerbukan silang lebih
diutamakan. Karena itu, tanaman cabai yang ditanam di lahan dalam jumlah yang
banyak, hasilnya lebih baik dibandingkan tanaman cabai yang ditanam sendirian.
Pernyerbukan tanaman cabai biasanya dibantu angin atau lebah. Kecepatan angin
yang dibutuhkan untuk penyerbukan antara 10 — 20 km/jam (angin sepoi-sepoi).
Angin yang ter lalu kencang justru akan merusak tanaman. Sedangkan penyerbukan
yang dibantu oleh lebah dilakukan saat lebah tertarik mendekatibunga tanaman
cabai yang menarik penampilannya dan terdapat madu di dalamnya.
E. Buah
Buah
cabai rawit akan terbentuk stelah terjadi penyerbukan. Buah memiliki
keanekaragaman dalam hal ukuran, bentuk, warna dan rasa buah. Buah cabai rawit
dapat berbentuk bulat pendek dengan ujung runcing/berbentuk kerucut. Ukuran
buah bervariasi, menurut jenisnya cabai rawit yang kecil-kecil memiliki ukuran
panjang antara 2-2,5
cm dan lebar 5 mm. sedangkan cabai rawit yang agak besar memiliki ukuran yang
mencapai 3,5 cm dan lebar mencapai 12 mm.
Warna buah
cabai rawit bervariasi buah muda berwarna hijau/putih sedangkan buah yang telah
masak berwarna
merah menyala/merah jingga (merah agak kuning) pada waktu masih muda, rasa buah
cabai rawit kurang pedas, tetapi setelah masak menjadi pedas.
F. Biji
Biji
cabai rawit berwarna putih kekuningan-kuningan, berbentuk bulat pipih, tersusun
berkelompok (bergerombol) dan saling melekat pada empulur. Ukuran biji cabai
rawit lebih kecil dibandingkan dengan biji cabai besar. Biji-biji ini dapat
digunakan dalam perbanyakan tanaman (perkembangbiakan).
.
C . ANATOMI TANAMAN
CABE RAWIT
Menurut Metcalf (1986),
anatomi tanaman cabai rawit sebagai berikut:
Cabe
termasuk tanaman yang memiliki perakaran utama (primer) serta lateran
(sekunder), dimana akar lateralnya ditumbuhi akar surabut (tersier) .batang
tananaman cabe berkayu ,akan berwarna cokelat kehijauan setelah memasuki umur
60 HST (hari setelah tananman).tunas baru tumbuh disetiap ketiak daun dengan
pertumbuhan kuncup tananman secara terus menerus .cabang primer membentuk
percabangan sekunder sedangkan percabangan sekunder membentuk percababngan
tersier terus menerus. Tananman dapat tumbuh dua tahun produktif untuk jenis
cabe rawit .
Daun
tananman cabe berwarna hijau muda sampai gelap,bunga berbentuk terompet.warna
daun ini tergantung jenus varietas maupun kecukupan unsure hara dalam
tanah.bunga tanaman cabe muncul di setiap percabangan,bias muncul 2-3 sekaligus
jika unsur p (pospor) terpenuhi dengan baik .
BAB III
METODE PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
Analisis data
menggunakan analisis varian (anava) tunggal dengan rancangan acak lengkap
(RAL), karena percobaan dilakukan dengan hanya menggunakan satu variabal bebas
dan perbedaan antar perlakuan hanya disebabkan oleh pengaruh perlakuan dan
pengaruh acak saja.
Langkah-langkah
dalam studi eksperimen pada dasarnya sama dengan langkah-langkah dalam
penelitian tipe lain : pemilihan bibit, alat
ukur, pelaksanaan prosedur penelitian, analisis data, dan kesimpulan
B
. POPULASI DAN SAMPEL
Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh jenis cabai rawit yang termasuk jenis (capsicum frustescens).
Sampel yang digunakan penelitian yaitu tanaman cabai rawit yang dibelidi pasar.
C. ALAT
DAN BAHAN
Alat
dan bahan
1.
2 buah pot yang berisi tanah
2.
Penggaris
3.
Biji cabai rawit
4.
Air
5. Cahaya matahari
D.
PROSEDUR PENELITIAN
1.
Pemilihan benih
©
Mengambil buah cabai rawit dengan
tingkat kemasakan yang sama.
©
Mengeluarkan cabai rawit beserta
daging buah buahnya dan ditampung dalam mangkuk/gelas plastik.
©
Mencuci biji cabai rawit yang
telah diekstraksi.
©
Menyiapkan Loyang.
©
Mengeringkan biji cabai rawit
tersebut dalam.
© Menaburkan
biji cabai rawit sebanyak 10 biji rawit
2. Perkecambahan
©
Menyiapkan alat dan bahan
©
Menanam 10 biji cabai rawit ke
dalam pot I dan meletakkanya ke dalam ruangan.
©
Menanam 10 biji cabai rawit ke
dalam pot II dan meletakkanya ke luar ruangan
©
Menyirami tanaman cabai rawit
seyiap sore hari
©
Mengukur tinggi tiap – tiap
tanaman cabai rawit setiap 1 hari sekali
©
Mengamati perbedaan – perbedaan yang terjadi
antara tanaman pot I dan pot II misalnya,tinggi tanaman cabai rawit dan jumlah daun,
tanaman cabai rawit.
©
Mencatat hasil pengukuran dan
jumlah daun tanaman cabai rawit.
©
Isi Pengamatan ke dalam table
hasil penelitian.
DATA DAN ANALISA DATA
Tabel dan hasil penelitian biji tanaman cabai rawit
yang kami tanam yang mengalami perkecambahan. Karena itu kami yang
mengalami perkecambahan tersebut. Tabel hasil penelitian Tinggi tanaman
dan jumlah daun.
E. TABEL PENGAMATAN
|
||||||||||||||
Hari ke-
|
Dalam
ruangan
(tinggi tanaman)
|
Di
luar ruangan
(Tinggi
tanaman)
|
Dalam
ruangan
(jumlah
daun)
|
Di
luar ruangan
(jumlah
daun)
|
jumlah
|
Rata rata
|
||||||||
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
|||
6
|
||||||||||||||
7
|
||||||||||||||
8
|
||||||||||||||
9
|
||||||||||||||
10
|
||||||||||||||
11
|
||||||||||||||
12
|
F. AGENDA PENELITIAN
1.
waktu
penelitian
Penelitian direncanakan pada awal
bulan september yaitu antara tanggal 5 sampai tanggal 20 semtember 2013. Rentang
waktu tersebut digunakan untuk persiapan medium perkecambahan, pemilihan benih,
perkecambahan dan pengumpulan data.
2.
Tempat
penelitian
Penelitian direncanakan
dilaksanakan di rumah saya sendiri terletak pada desa marga batin.
G. ANALISIS DATA PENELITIAN
Seperti
yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah anava tunggal dengan rancangan acak
lengkap (RAL). Kerena penelitian belum selesai, data yang diperolehpun belum
lengkap, oleh karena itu pada bab ini hanya akan dijelaskan metode analisis
data yang akan kami gunakan untuki mengolah data yang diperoleh sehingga dapat
disimpulkan suatu kesimpulan yang valid.
Setelah
tabel data yang tersaji dalam metode pengumpulan data terisi data-data
pengamatan, maka selanjutnya akan dibuat tabel kalkulasi data sebagai berikut:
Ulangan
|
Perlakuan
|
||||
Dalam
ruangan
(tinggi tanaman)
|
Di
luar ruangan
(Tinggi tanaman)
|
Dalam
ruangan
(jumlah
daun)
|
Di
luar ruangan
(jumlah
daun)
|
Jumlah
|
|
1.
|
A1
|
A4
|
A7
|
A10
|
C1
|
2.
|
A2
|
||||
3.
|
A3
|
A12
|
|||
Total
|
B1
|
B4
|
CB
|
A1
adalah jumlah kecambah yang tumbuh pada hari ke-6 sampai hari ke-12, pada
ulangan ke-1 dengan tidak diberi perlakuan. B1 adalah total dari A1
+ A2 + A3. C1 adalah jumlah A1 + A4
+A7 + A10. CB1
adalah jumlah total data hasil pengamatan.
Setelah tabel diatas terisi maka
akan dilanjutkn dengan perhitungan statistik untuk mencari jumlah kuadrat total
(JKtotal), jumlah kuadrat perlakuan (JKperlakuan), jumlah
kuadrat acak (JKacak/galat), kuadrat tengah perlakuan (KTperlakuan),
kuadrat tengah galat (KTgalat), dan Fhit(perlakuan).
Adapun rumus-rumus yang digunakan
adalh sebagai berikut:
- JKtotal
= A12 + A22 + . . . . . . + A122
–
- JKperlakuan
=
- JKgalat
= JKtotal– JKperlakusn
- KTperlakuan
=
- KTgalat
=
- Fhitung
(perlakuan) =
Setelah
perhitungans tatistik selesai maka selanjutnya dibuat tabel Anava seperti
dibawah ini:
Sumber Keragaman
|
Derajat Bebas (db)
|
JK
|
KT
|
Fhitung
|
Ftabel 5%
|
Ftabel 1%
|
-
Perlakuan
- Galat
|
- nperlakuan – ngalat
- ntotal – nperlakuan
|
|||||
Total
|
12
|
Ftabel
5% dan 1% diperoleh dari tebel
ringkasan anava yang telah tersedia, dan angka yang mewakili adalah angka yang
sesuai dengan nilai-nilai dari perhitungan statistik yang diperoleh.
Hipotesis alternatif dapat diteirma
apabila Fhitung > Ftabel 5% dan 1%. Sedangkan
hipotesis nol dapat diterima bila Fhitung < Ftabel 5%
dan 1%. Bila hipotesis alternatif diterima akan dilakukan uju lanjut
untuk mengetahui perlakuan mana yang paling signifikan, uji lanjut tersebut
disebut uji beda nyata terkecil (BNT) yang dapat dicari dengan persamaaan: BNT
= ttabel ×
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Apabila hipotesis
alternatif diterima:
1.Hasil percobaan menunjukkan
bahwa:
ü Tanaman di dalam ruangan mengalami pertumbuhan lebih cepat
dan mempunyai batang yang lebih tinggi, daunnya berukuran kecil, tipis,
berwarna pucat, batang melengkung dan tidak kokoh.
ü Tanaman di luar ruangan pertumbuhannya lebih lambat, daunnya
lebih lebar dan tebal, berwarna hijau, batang tegak dan kokoh.
2.Cahaya merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada
tumbuhan.
B. SARAN
Sebaiknya percobaan dilakukan dalam waktu yang lebih lama agar terlihat lebih jelas dan lebih detail dalam menyimpulkan perbedaan antara tumbuhan yang cukup cahaya dan kurang cahaya matahari.
B. SARAN
Sebaiknya percobaan dilakukan dalam waktu yang lebih lama agar terlihat lebih jelas dan lebih detail dalam menyimpulkan perbedaan antara tumbuhan yang cukup cahaya dan kurang cahaya matahari.
DAFTAR PUSAKA
Winda.2008.
pendahuluan budidaya cabai rawit , (online)
Pickersgill
(1989) bertanam cabai rawit .
Puslitbang
Hortikurtura di Indonesia (Tim Bina Karya Tani, 2008).
Metcalf
.1986. Metode Penelitian Pendidikan ,Malang: UM